gametogenesis

A.    Dasar Teori
Gametogenesis adalah proses terbentuknya gamet atau sel kelamin. Gametogenesis pada pria dinamakan spermatogenesis, yaitu proses pembentukan sel kelamin pria (spermatozoid) dan gametogenesis pada wanita dinamakan oogenesis, yaitu proses pembentukan sel kelamin wanita (ovum) (Ferrial, 2012).
Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks yaitu testosteron. Testosteron disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel Leydig. Sel-sel Leydig terdapat diantara tubulus seminiferustestis. Testosteron bedifusi ke dalam tubulus seminiferus dan merangsang spermatogenesis. Produksi testosteron oleh sel Leydig diatur oleh hormon gonadotropin yaitu LH (Luitenizing Hormone) (Adnan, 2006).
Menurut Adnan (2013), tingkat perkembangan sel germa di dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut:
a.       Spermatogenium: Ukuran relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet di dekat/ melekat pada membran basalis.
b.      Spermatosit I: Ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dari membran basalis.
c.       Spermatosit II: Ukuran agak kecil (1/2 kali ukuran spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauh dari membran basalis.
d.      Spermatid: Ukuran kecil, bentuk oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di dekat lumen.
e.       Spermatozoid: Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di lumen.
Pada jantan, hormon kelamin utama adalah androgen, yang paling penting diantaranya adalah testosteron. Androgen, hormon steroid yang sebagaian besar dihasilkan oleh sel-sel Leydig testis, secara langsung betanggung jawab atas karakteristik seks primer dan sekunder jenis kelamin jantan. Karakterisktik seks primer adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan sistem reproduksi: perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal, dan produksi sperma. Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang secara tidak langsung berkaitan dengan system reproduksi, yang meliputi perubahan suara menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot (androgen merangsang sintesis protein). Androgen juga menjadi penentu kuat perilaku pada mamalia dan vertebrata lain. Selain perilaku seksual spesifik, dan dorongan seksual, androgen meningkatkan agresivitas secara umum dan juag bertanggung jawab atas perilaku seperti berkicauanya burung dan perilaku memanggil-manggil pada katak. Hormone dari pituitary anterior dan hipotalamus mengontrol sekresi androgen maupun produksi sperma oleh testis (Isnaini, 2006).
Setelah pria menjadi dewasa, spermatogenesis berlanjut, di mana spermatogonia berproliferasi dan kemudian mengalami pembelahan meiosis dalam berbagai stadia, sehingga tampak berbagai tingkat pembentukan spermatozoid. Mulai dari bagian dalam dinding luar duktus seminiferus kea rah lumen terdapat adanya sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoid. Pada waktu spermatogenesis berlangsung, sebagian sel tetap berupa se induk (stem cell), sedang yang lain berdiferensiasi selama pembelahan meiosis. Spermatogonia tumbuh membesar menjadi spermatosit primer yang diploid (2n = 46 kromosom). Tiap spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Kedua spermatosit seunder mengalami pembelahan meiosis II menghasilkan 4 spermatid. Keempat spermatid ini memasuki ujung sel-sel sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoid. Proses pematangan ini disebut spermiogenesis (Ferrial, 2012).
Menurut Adnan (2013) oogenesis berlangsung pada ovarium, terutama pada bagian korteks, dan dilanjutkan di dalam oviduk jika terjadi penetrasi spermatozoid. Dalam oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel-folikel telur dengan tingkatan sebagai berikut:
a.       Folikel primordial: merupakan folikel utama yang terdapat sebelum lahir, terdiri atas sebuah oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel berbentuk pipih.
b.      Folikel tumbuh, terdiri dari:
1.      Folikel primer terdiri dari oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel (sel granulose) berbentuk kubus. Antara oosit dan sel-sel granulose dipisahkan oleh zona pellusida.
2.      Folikel sekunder terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis sel granulose.
3.      Folikel tersier, volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar/banyak. Terdapat beberapa celah (antrum) di antara sel-sel granulose. Jaringan ikat stroma yang terdapat diluar stratum granulose menyusun diri membentuk teka interna daan eksterna.
4.      Folikel matang (Folikel Graff) berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga besar, berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang disebut korona radiate, dihubungkan dengan sel-sel granulose tepi oleh tangkai penghubung yang disebut cumulus ooforus.
Oogenesis adalah perkembangan telur (sel telur dewasa yang belum dibuahi). Di antara kelahiran dan pubertas, sel-sel telur (oosit primer) membesar, dan folikel di sekitarnya tumbuh. Oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I meiosis, tetapi tidak berubah lebih lanjut kecuali diaktifkan kembali oleh hormone. Mulai saat pubertas, FSH (Follicle-Stimulating hormone atau hormone perangsang folikel) secara periodic merangsang untuk memulai pertumbuhan sekali lagi dan menginduksi oosit primernya untuk menyelesaikan pembelahan meiosis pertama. Meiosis kemudian berhenti sekali lagi; oosit sekunder, yang dibebaskan selama ovulasi, tidak mengalami pembelahan meiosis kedua dengan seketika. Pada manusia, penetrasi sel telur oleh sperma memicu pembelahahn meiosis kedua, dan setelah itulah oogenesis menjadi sempurna (Campbell, 2004).
Oogenesis berbeda dari spermatogenesis dalam tiga hal penting. Pertama, selama pembelahan meiosis oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hamper semua sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder. Sel besar tersebut dapat terus berkembang menjadi ovum; produk lain meiosis, yaitu sel yang lebih kecil yang disebut badan polar (polar body) akan mengalami degenerasi. Hal tersebut berbeda dari spermatogenesis, ketika keempat produk meiosis I dan II berkembang menjadi sperma yang dewasa. Kedua, sementara sel-sel asal sperma berkembang terus membelah melalui mitosis sepanjang hidup laki-laki, hal ini tidak berlaku bagi oogenesis pada betina. Saat lahir, ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi telur. Ketiga, oogenesis mempunyai periode “istirahat” yang panjang, berlawanan dengan spermatogenesis, yang menghasilkan sperma dewasa dari sel precursor ddalam urutan yang tidak berhenti (Campbell, 2004).
B.     Tujuan Praktikum
Mempelajari proses pembentukan sel kelamin jantan dan betina melalu preparat histologis.
C.    Prosedur Kerja
1.      Mengamati preparat testis di bawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
2.      Menggambar sebuah tubulus seminiferus beserta sel-sel germa yang berkembang di dalamnya, serta sel-sel intertisial (sel leydig) yang terdapat di ruang anterior antar tubulus.
3.      Mengamati preparat ovarium di bawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
4.      Menggambar masing-masing folikel telur yang berkembang di dalamnya dan menyebutkan bagian-bagiannya dengan lengkap.
D.    Hasil Pengamatan
Spermatogenesis
Hasil Pengamatan
Gambar Pembanding
Keterangan
Skema Spermatogenesis
Description: Description: spermatogenesis
1.      Spermatogonium
2.      Spermatosit primer
3.      Spermatosit sekunder
4.      Spermatid
5.      Spermatozoa
6.      Spermiogenesis
7.      Miosis II
8.      Miosis I
9.      Mitosis
Sperma
Description: Description: Sel-Sperma
1.      Ekor
2.      Leher
3.      Kepala
4.      Akrosom
5.      Nukleus
6.      Sentriol
7.      Mitocondria



















Oogenesis
Hasil Pengamatan
Gambar Pembanding
Keterangan
Skema oogenesis
Description: Description: A&P2_r8
1.      Oogonium
2.      Oosit primer
3.      Oosit sekunder
4.      Badan polar pertama
5.      Ovum
6.      Badan polar kedua
7.      Meiosis II
8.      Meiosis I
9.      Mitosis
Folikel telur
Description: Description: ovulasi
1.      Folikel primer
2.      Folikel sekunder
3.      Folikel tersier
4.      Folikel de graaf
Ovum
Description: Description: Oogenesis

E.     Pembahasan
1.      Spermatogenesis
Spermatogenesis terbagi atas beberapa tahap yaitu spermatid awal, spermatosit sekunder, spermatosit primer, spermatogonium, spermiogenesis dan spermatid lanjut. Spermatogenesis diawali dengan terbentuknya sel-sel germinal diwaktu masih dalam kandungan. Kemudian pada minggu ketiga masa janin, mereka akan bermigrasi ke rigi urogenital yang saat itu tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam kandungan sampai masa pubertas, sel-sel germinal primordial ini akan mengalami fase istirahat sampai suatu saat ketika lumen tubulus seminiferus telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi menjadi spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa spermatogonia itu berasal dari sel-sel germinal primordial tersebut. Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini diketahui bahwa spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian fase pembelahan secara mitosis dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia tipe B ini kemudian yang akan bergerak ke lumen, termodifikasi dan membesar membentuk spermatosit primer.
Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen sambil membelah secara miosis menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis pertama ini (miosis I), proses yang berlangsung cukup lama adalah pada tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan proses selanjutnya yakni metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat. Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan langsung membelah kembali secara miosis (miosis II) menjadi spermatid. Spermatid yang dihasilkan sekarang telah haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (spermatosit primer). Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Proses ini secara keseluruhan dikenal dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat tahapan yaitu  yang pertama pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separoh permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat fertilisasi. Kedua yaitu pemadatan inti atau kondensasi nucleus, selanjutnya pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma dan yang terakhir yaitu pengelepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian difagosit oleh sel sertoli. Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1 spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini berlangsung di dalam testis lebih kurang selama 64 hari, dimana sebenarnya spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza baru setiap hari.
2.      Pengamatan Sperma
Pada akhir spermiogenesis akan dibentuk spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas bagian kepala yang mengandung nukleus dan akrosom. Bagian Tengah atau leher yang mengandung flagellum bagian proksimal, sentriol, dan mitokondria sebagai sumber energi. Kemudian, bagian ekor yaitu suatu flagellum yang telah terspesialisasi.
3.      Oogenesis
Oogenesis adalah pembentukan ovum. Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis walaupun memiliki persamaan dalam pembentukan meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar dan folikel di sekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I meiosis dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone). Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel pemula atau oogonium. Oogonium akan berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa dewasa.
Pada saat dewasa terjadilah oogenesis. Oosit primer membelah secara meiosis, menghasilkan 2 sel yang berbeda ukurannya. Sel yang lebih kecil yaitu badan polar pertama membelah lebih lambat dan membentuk 2 badan polar. Sel yang lebih besar yaitu oosit sekunder dan melakukan pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan ovum tunggal dan badan polar kedua. Ovum berukuran lebih besar dari badan polar kedua dan pengaruh hormon dalam oogenesis yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis  yaitu hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut folikel Graaf. Folikel Graaf menghasilkan hormon estrogen yang merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH yang dapat merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang sehingga tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali dan proses oogenesis mulai kembali.
4.      Pengamatan Ovum
Folikel ovarium terdiri atas oosit yang dikelilingi sel-sel folikel. Folikel ovarium tertanam di dalam stroma korteks. Dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu folikel primordial, folikel-folikel yang sedang tumbuh (folikel primer, sekunder, dan tersier), dan folikel graaf. Folikel primordial merupakan folikel utama yang dijumpai sebelum lahir. Setiap folikel terdiri atas oosit primer dan diliputi oleh satu lapisan sel folikel pipih. Folikel pertumbuhan terutama terdiri atas sel-sel folikel dan stroma yang mengelilingi folikel. Kemudian, folikel graaf dimana ukuran folikel 1 cm dan dapat dilihat adanya penimbunan cairan. Sel-sel granulose membentuk lapisan dan mengelilingi oosit.
F.     Kesimpulan
1.      Proses spermatogenesis berlangsung di dalam tubulus seminiferus. Spermatogenesis terbagi atas beberapa tahap yaitu spermatid awal, spermatosit sekunder, spermatosit primer, spermatogonium, spermiogenesis dan spermatid lanjut.
2.      Proses oogenesis berlangsung di dalam ovarium. Oosit primer membelah secara meiosis, menghasilkan 2 sel yang berbeda ukurannya. Sel yang lebih kecil yaitu badan polar pertama membelah lebih lambat dan membentuk 2 badan polar. Sel yang lebih besar yaitu oosit sekunder dan melakukan pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan ovum tunggal dan badan polar kedua. Ovum berukuran lebih besar dari badan polar kedua dan pengaruh hormon dalam oogenesis yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis  yaitu hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut folikel Graaf.
G.    Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum “Gametogenesis” selanjutnya, yaitu:
1.      Praktikum harus dilaksakan tepat waktu.
2.      Jumlah asisten harus sesuai dengan jumlah kelompok karena praktikum tidak  berjalan dengan maksimal jika asisten membimbing dua kelompok sekaligus.
3.      Alat dan Bahan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum harus lengkap agar tujuan dalam praktikum dapat tercapai.




DAFTAR PUSTAKA


Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Adnan dan Andi Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Campbell. Neil A. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Ferial, Eddyman W. 2012. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: t.p.


Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Potensial Air pada Jaringan Kentang

perkembangan embrio ayam

Laporan Regenerasi