Laporan Regenerasi



A.    Dasar Teori
Kemampuan untuk meregenerasi struktur yang hilang terdapat pada hampir semua makhluk, paling tidak dalam suatu derajat tertentu. Kemampuan regenerasi yang sangat jelas dijumpai pada spons, coelonterata, cacing, bahkan banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru yang dari fragmen-fragmen tubuhnya saja (Adnan, 2013).
Peristiwa regenerenasi bagi organisme merupakan hal yang sangat penting karena proses yang esensial selama perjalanan hidup organisme. Adanya bagian tubuh yang lepas akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian tubuh yang lepas akan diganti kembali dengan jaringan baru kembali. Dan juga beberapa organisme proses regenerasi merupakan hal yang sangat penting dalam reproduksi secara aseksual (Lukman, 2012).
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Hewan-hewan yang termasuk dalam sub phylum vertebrata mempunyai daya regenerasi yang lebih randah dibandingkan dengan daya regenerasi pada hewan-hewan yang termasuk dalam avertebrata (regenerasi tertinggi terjadi pada Urodela). Regenerasi adalah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar, ada yang sedang, yang menyebabkan ujung suatu sebagian tubuh terbuang, dan yang berat, yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang. Kemampuan regenerasi pada berbagai organisme tidak sama, ada yang tinggi dan ada yang rendah (Wardana, 2012).
Regenarasi berlangsung dalam dua cara, yaitu: 1. Epimorfis, yaitu perbaikan yang disebabkan oleh proliferasi jaringan baru di atas jaringan lama, kemudian membentuk tunas regenerasi. 2. Morfalaksis, yaitu yaitu perbaikan yang disebabkan reorganisasi jaringan lama yang masih bersifat embrional. Cara ini berlangsung pada cacing pipih planaria (Soesilo, 2009).
Menurut Adnan (2013), proses regenerasi sebagai berikut:
1.         Darah yang mengalir menutupi permukaan luka, lalu beku, membentuk scap yang sifatnya melindung
2.         Epitel kulit menyebar ke permukaan luka, di bawah scap. Sel epitel bergerak secara amoeboid, dua hari butuh waktu agar kulit itu lengkap menutupi luka.
3.         Diferensiasi sel-sel jaringan disekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pruliproten untuk membentuk jenis jaringan baru.
4.         Pembentukan blastoma, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka.
5.         Proliferasi sel-sel diferensiasi secara mitosis, proliferasi ini serentak dengan proses diferensiasi dan memuncak pada waktu blastemma dalam besarnya yang maksimal dan waktu itu tidak membesar lagi.
6.         Redeferensiasi sel-sel diferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastoma.
Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahwa medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya regenerasi anggota badan yang hilang, dalam prosesregenerisasi melibatkan berbagai proses yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan embrionik, seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel, kemudian memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan dan akhirnya mencapai keadaan yang berbeda. Lagi pula pada beberapa spesies regenerasinya hanya terjadi hanya terjadi pada hewan dewasa saja, embrionya sama sekali tidak memiliki kemampuan regenerasi, umpamanya suatu telur Ascida yang kehilangan blastometernya akan berkembang menjadi larva yang tidak lengkap, misalnya lagi Annelida yang kehilangan sel 4 d nya, akan kehilangan sebagian besar mesodermnya, pada hal Ascida dan Annelida dewas sama-sama memiliki daya regenerasi yang tinggi selama kehidupan dewasanya (Lukman, 2012).
B.     Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai konsep-konsep perkembangan pada hewan dewasa, regenerasi dan proses regenerasi.
C.    Prosedur Kerja
1.      Mengambil ikan dalam toples, kemudian mengukur panjang ekor ikan dengan menggunakan mistar.
2.      Memotong bagian ekor ikan. Pemotongan dilakukan dengan empat perlakuan, yaitu memotong dengan cara vertikal, diagonal, dan menyilang serta satu tanpa perlakuan sebagai kontrol.
3.      Mengukur panjang ekor ikan yang telah dipotong daan mengembalikan dalam toples plastik.
4.   Mengamati selama tiga minggu regenerasi dari ekor ikan, hingga ekor ikan beregenerasi menjadi memanjang hingga kembali menjadi ekor ikan yang utuh.
5.      Mencatat hasil pengamatan yang didapatkan, dan memasukkannya pada kertas grafik.
D.    Hasil Pengamatan
1.      Tabel Hasil Pengukuran Proses Regenerasi
Perlakuan
Panjang Awal
(cm)
Panjang Setelah Pemotongan
(cm)
Panjang Akhir
(cm)
Pertambahan Panjang
(cm)
Ikan I
(Kontrol)
1,4
-
1,6
0,2
Ikan II
(Segitiga)
1,5
0,6
0,8
0,2
Ikan III
(Vertikal)
1,4
0,5
0,7
0,2
Ikan IV
(Diagonal)
1,3
0,3
0,5
0,2
2.      Grafik Pertumbuhan Ekor Ikan
a.       Ikan I (Kontrol)




b.      Ikan II (Segitiga)
c.       Ikan III (Vertikal)
d.      Ikan IV (Diagonal)


E.     Pembahasan
Pada pengamatan proses regenerasi pada ekor ikan cupang (Betta sp) diberikan empat perlakuan. Ikan pertama ekor ikan tidak dipotong dan dijadikan sebagai kontrol. Pada ikan kedua ekornya dipotong bentuk segitiga. Ikan ketiga, ekornya dipotong vertikal dan ikan keempat dipotong diagonal. Sebelum dilakukan pemotongan, maka panjang ekor ikan diukur terlebih dahulu. Setelah sepuluh hari, pertambahan panjang ekor ikan diukur kembali. Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut:
1.         Ikan I (Kontrol)
Ikan I tidak diberikan perlakuan apa pun pada ekornya dan dijadikan sebagai kontrol. Ikan I digunakan sebagai pembanding apakah ekor ikan yang telah dipotong mengalami regenerasi kembali ke ukuran dan bentuk semula. Pada ikan I ini, ditemukan pertambahan panjang ekor sebesar 0,2 cm. Dari grafik juga terlihat, bahwa terjadi pertambahan panjang ekor ikan setiap harinya.
2.         Ikan II (Segitiga)
Panjang ekor ikan sebelum dipotong yaitu 1,5 cm, setelah dipotong 0,6 cm, dan setelah dipelihara selama 10 hari ekornya bertambah panjang sebanyak 0,2 cm sehingga panjangnya menjadi 0,8 cm. Berdasarkan grafik juga terlihat, bahwa terjadi pertambahan panjang ekor ikan setiap harinya. Walaupun terjadi pertambahan panjang ekor pada ikan ini, namun proses regenerasi pada ikan ini belum sempurna karena bentuk ekor ikan belum sama dengan ikan kontrol dan ukurannya belum kembali keukuran semula. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini hanya 10 hari, padahal untuk waktu yang diperlukan ikan cupang (Betta Sp) untuk melakukan regenerasi ± 3 minggu.
3.         Ikan III (Vertikal)
Panjang ekor ikan sebelum dipotong yaitu 1,4 cm, setelah dipotong 0,5 cm, dan setelah dipelihara selama 10 hari ekornya bertambah panjang sebanyak 0,2 cm sehingga panjangnya menjadi 0,7 cm. Berdasarkan grafik juga terlihat, bahwa terjadi pertambahan panjang ekor ikan setiap harinya. Walaupun terjadi pertambahan panjang ekor pada ikan ini, namun proses regenerasi pada ikan ini belum sempurna karena bentuk ekor ikan belum sama dengan ikan kontrol dan ukurannya belum kembali keukuran semula. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini hanya 10 hari, padahal untuk waktu yang diperlukan ikan cupang (Betta Sp)  untuk melakukan regenerasi ± 3 minggu.
4.         Ikan IV (Diagonal)
Panjang ekor ikan sebelum dipotong yaitu 1,3 cm, setelah dipotong 0,3 cm, dan setelah dipelihara selama 10 hari ekornya bertambah panjang sebanyak 0,2 cm sehingga panjangnya menjadi 0,5 cm. Berdasarkan grafik juga terlihat, bahwa terjadi pertambahan panjang ekor ikan setiap harinya. Sama halnya dengan perlakuan yang lain, walaupun terjadi pertambahan panjang ekor pada ikan ini, namun proses regenerasi pada ikan ini belum sempurna karena bentuk ekor ikan belum sama dengan ikan kontrol dan ukurannya belum kembali keukuran semula. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini hanya 10 hari, padahal untuk waktu yang diperlukan ikan cupang (Betta Sp)  untuk melakukan regenerasi ± 3 minggu.
F.     Kesimpulan
Salah satu contoh proses embriologi perkembangan pada organisme yang telah dewasa, yaitu regenerasi. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Proses regenarasi ekor ikan cupang (Betta Sp) tergolong lambat karena butuh waktu ± 3 minggu untuk dapat kembali ke bentuk dan ukuran semula.

G.    Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum proses regenerasi selanjutnya, yaitu:
1.         Sebaiknya praktikan harus mengukur perubahan panjang ekor ikan dengan teliti sehingga didapatkan hasil yang sesuai.
2.         Sebaiknya waktu yang digunakan untuk kegiatan praktikum selanjutnya yaitu sekitar 3 minggu agar proses regenerasi pada ikan cupang (Betta Sp).

DAFTAR PUSTAKA


Adnan dan Andi Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

 

Aprizal Lukman. 2012. Mekanisme Regenerasi Anggota Tubuh Hewan. Jurnal Biospecies Volume 2 No. Hlm 43 – 47.

 

Soesilo Nyoman Puniawati. 2009. Regenerasi Ekor Kadal (Eutropris microfasciota) dan Prospek Aplikasinya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

 

Wardana, Dimas Pramudya. 2012. Embriologi dan Reproduksi Hewan Regenerasi. http://dimasratna.blogspot.com/. Diakses Pada Tanggal 19 Januari 2014.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Potensial Air pada Jaringan Kentang

perkembangan embrio ayam